Berita Situ Bojongsari

April 2009

4 Situ di Depok Diperbaiki

Sumber: http://202.149.67.34/poskota-/ 21 April 2009

DEPOK (Pos Kota) – Perbaikan Situ Bojongsari di Kecamatan Sawangan, Depok diprioritaskan, karena dangkal dan ada yang sudah ambrol.

“Perbaikan oleh Dinas Pengairan pada bagian yang ambrol agar tak berdampak terhadap lingkungan warga,” kata Lurah Bojongsari, Samsudin, Selasa (21/4).

Luas Situ Bojongsari 27 hektar terletak di Kelurahan Bojongsari, terdapat lapangan golf dan perumahan Telaga Golf Sawangan.

Suhari, warga mengatakan, situ itu belum pernah dikeruk lumpurnya sehingga menjadi dangkal. Selain itu, di sekitar situ banyak yang amblas.

Perbaikan pintu air yang sudah retak-retak, menunggu anggaran dari Dinas Pengairan Propinsi Jawa Barat 2009/2010.

Sementara warga Kelurahan Pengasinan, Sawangan mengharapkan situ di wilayah mereka juga diturap.

“Situ Pengasinan seluas 15 hektar, dikhawatirkan jebol bila musim hujan,” kata Aseli Kubil, Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LMP) Kelurahan Pengasinan.

Ada 4 situ yang diprioritaskan perbaikannya di Kota Depok, yakni Situ Bojongsari, Pengasinan, Kali Baru di Sukmajaya, serta Situ Cilangkap di Kecamatan Cimanggis.  (nasrul/ds/r/)

Januari 2011

Bojongsari Minta Perhatian

Sumber:http://www.rintisyanto.com/  31 January  2011 

Bojongsari

WARGA kelurahan bojongsari minta perhatian dari pemerintah Kota Depok. Mulai dari pemenuhan kelayakan infrastrukstur, penataan pemukiman penduduk hingga pelestarian Situ Bojongsari yang saat ini tidak tersentuh, menjadi pembicaraan hangat antara perwakilan warga kelurahan Bojongsari bersama Ketua DPRD Kota Depok Drs.Rintis Yanto.MM

“Ada 23 rumah tidak layak huni, satu di antaranya sudah rata dengan tanah. Pernah ada pengukuran terhadap 10 rumah, namun yang terealisasi hanya 2. kami berharap ada perhatian kepada Bojongsari,” ujar Ketua LPM setempat diamini warga lainya. Menanggapi hal itu, Rintis yang sebelumnya sudah menghubungi Kepala Dinas Tata Ruang dan Pemukiman, Rendra Fristoto juga mengirimkan pesan singkatnya kepada Rendra. Di hadapan warga, Rintis meminta alamat lengkap dan nama-nama warga yang masuk dalam kategori berhak menerima bantuan RTLH.

Tak hanya meminta Ketua DPRD membenahi RTLH, warga juga meminta akses jalan dikampung halamanya itu di perbaiki. Menurut penelusuran Jurnal Depok dikawasan tersebut, jalan lingkungan tersebut hanya bisa dilalui satu unit kendaraan roda empat saja dan dalam kondisirusak. Hal itu dilihat dari banyaknya lubang dan kikisan badan jalan yang menjadi akses utama warga setempat.

“Ada dana aspirasi sebesar Rp 300 juta di Kelurahan mulai 2011 ini. Dana itu dapat dimanfaatkan oleh setiap Kelurahan. Untuk RTLH, saya meminta Pemkot menambahkan jumlah yang saat ini dikisaran 75 rumah tiap tahunya,” ujar Rintis dihadapan sejumlah tokoh masyarakat, pengurus lingkungan hingga aparat pemerintahan Kelurahan Bojongsari yang berkumpul dikediaman Zaelani, Ketua Rt 01/09 Kelurahan Bojongsari.

September 2011

Tanggul Situ Bojongsari Terancam Jebol

Sumber:http://www.pikiran-rakyat.com/ 21 September 2011 

DEPOK, (PRLM).- Tanggul dan dinding saluran keluar (outlet) Situ Bojongsari retak dan terancam jebol bila terus dibiarkan. Jika jebol, maka air di situ yang memiliki luas terbesar di Kota Depok tersebut dipastikan akan membanjiri perumahan warga.

ANGGOTA Pokja Situ Bojongsari, Paryono, menunjukkan bagian tanggul yang retak di Situ Bojongsari, Kecamatan Bojongsari, Kota Depok, Rabu (21/9). Jika dibiarkan tanggul yang retak tersebut bisa jebol…

Menurut anggota Pokja Situ Bojongsari, Paryono, sebelumnya air situ pernah meluap dan membanjiri perumahan warga di Kelurahan Kedawung Kecamatan Bojongsari Kota Depok, pada tahun 2002. Sejak kejadian tersebut, pemerintah kemudian membangun tanggul pada tahun 2008.

Namun saat ini, tanggul tersebut engalami keretakan. Hal itu disebabkan karena posisi tanggul yang berada di antara akar pohon besar. “Karena pohonnya membesar, otomatis turapnya jadi pecah, Apalagi bahan bangunan pembuat tanggul sepertinya tidak begitu kuat,” kata Paryono saat ditemui di Situ Bojongsari, Kecamatan Bojongsari, Kota Depok, Rabu (21/9).

Selain karena akar pohon, dia berkata, keretakan tanggul tersebut disebabkan karena menahan air yang bertambah berat. Kondisi tersebut dipengaruhi oleh adanya pendangkalan pada saluran masuk (inlet) Situ Bojongsari. “Jadi bagian situ yang tadiny bisa menampung sekarang tidak bisa, sehingga airnya dilimpahkan ke bagian outlet. Kalau outlet tidak bisa menampung, akibatnya ya meluap ke bagian tanggul,” ujar dia.

Dia menambahkan, beban tanggu juga semakin berat karena jalan diatasnya sering dilalui mobil dan truk pengangkat barang. Jalan tersebut memang sering digunakan karena merupakan akses alternatif antara Kecamatan Bojongsari dan Kecamatan Sawangan, Kota Depok.

Apabila jebol, kata Paryono, akibatnya bisa fatal karena volume air Situ Bojong Sari yang tidak sedikit. Situ tersebut memiliki luas 24 hektar dengan kedalaman sampai 12 meter. “Jangan sampai terjadi seperti Situ Gintung karena kalau situ Bojong Sari jebol maka banjirnya bisa sampai keCiputat, Tanggerang,” kata dia.

Dia berharap, pemerintah bisa mengatisipasi keretakan tersebut dengan membuat tanggul permanen, bak kontrol, serta saluran gendong di bagian inlet. Selain itu, pemerintah juga diminta untuk membantu warga melakukan pengerukan sedimentasi situ. “Sejak saya menjadi anggota Pokja lima tahun lalu, pengerukan dan menghilankan gulma ya dilakukan gotong royong oleh warga sendiri,” ujarnya.

Di tempat terpisah, Kepala Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air (Bimasda) Kota Depok Yayan Arianto, mengatakan pihaknya sudah melakukan survei terhadap kerusakan tanggul tersebut. Dia mengakui ada keretakan pada tanggul Situ Bojongsari. Keretakan di outlet tersebut disebabkan karena adanya pembiaran sedimentasi yang cukup lama.

Menurut dia, Dinas Bimasda sudah memberikan laporan kepada Balai Besar Wilayah Ciliwung-Cisadane. Namun sampai saat ini belum ada tindak lanjut dari laporan tersebut.

Yayan tidak menampik jika efek dari Situ Bojongsari yang jebol bisa sama akibatnya dengan Situ Gintung saat ini. “Mudah-mudahan tidak jebol, tpi jika dibiarkan ya bisa jebol dan banjir,” ujarnya. (A-185/das)***

Kondisi Tanggul Situ Bojongsari Mengkhawatirkan

Sumber:http://www.pelitaonline.com/ 22 September 2011 

Depok, Pelita

Kondisi tanggul Setu Bojongsari  di Kelurahan Kedaung, Kecamatan  Bojongsari sudah mulai  mengkhawatirkan. Dinding saluran keluar air situ retak dan terancam  jebol bila terus dibiarkan.

Menurut anggota Pokja Situ Bojongsari, Paryono, jika tanggul  situ jebol, maka air di situ yang memiliki luas terbesar di Kota Depok tersebut dipastikan  akan membanjiri perumahan  warga. Hal ini pernah terjadi  pada tahun 2002, air itu pernah meluap dan membanjiri  perumahan warga. Sejak kejadian tersebut, pemerintah kemudian  membangun tanggul pada tahun 2008.

Namun saat ini, tanggul tersebut  sudah retak kembali karena   posisi tanggul yang berada di antara akar pohon besar. “Karena  pohonnya membesar, otomatis  turapnya jadi pecah, Apalagi  bahan bangunan pembuat tanggul sepertinya tidak begitu kuat,” kata Paryono saat ditemui di Situ Bojongsari, Kecamatan Bojongsari, Depok, Rabu (21/9).

Selain karena akar pohon, ujar Paryono, keretakan tanggul  tersebut disebabkan karena  beban air yang bertambah berat. Kondisi tersebut dipengaruhi  oleh adanya pendangkalan  pada saluran masuk (inlet)  Situ Bojongsari.

Dia menambahkan, beban tanggul juga semakin berat karena  jalan di atasnya sering dilalui mobil dan truk pengangkat barang.  Jalan tersebut memang sering digunakan karena merupakan  akses alternatif antara Kecamatan  Bojongsari dan Kecamatan  Sawangan, Kota Depok.

Apabila jebol, kata Paryono, akibatnya bisa fatal karena volume  air Situ Bojong Sari yang tidak  sedikit. Situ tersebut memiliki luas 24 hektar dengan kedalaman sampai 12 meter. “Jangan  sampai  terjadi seperti Situ Gintung karena kalau situ Bojong Sari jebol  maka banjirnya bisa sampai ke Ciputat, Tanggerang,” katanya.

Dia berharap, pemerintah bisa mengantisipasi keretakan tersebut  dengan membuat tanggul permanen, bak kontrol, serta saluran  gendong di bagian inlet. Selain  itu, pemerintah juga diminta untuk membantu warga melakukan  pengerukan sedimentasi situ. “Sejak saya menjadi anggota Pokja lima tahun lalu, pengerukan  dan menghilangkan gulma ya dilakukan gotong royong oleh warga sendiri,” ujarnya.

Di tempat terpisah, Kepala Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air (Bimasda) Kota Depok Yayan Arianto mengakui adanya keretakan pada tanggul Situ Bojongsari.

Menurut Yayan keretakan  itu disebabkan karena adanya  sidementasi yang cukup lama. ”Saya sudah survei ke lokasi  Situ,” terang Yayan.

Ia menegaskan, pihaknya sudah  memberikan laporan kepada  Balai Besar Wilayah Ciliwung-Cisadane. Namun sampai saat ini belum ada tindak lanjut dari laporan tersebut. Yayan tidak menampik jika efek dari Situ Bojongsari  yang jebol bisa sama akibatnya  dengan Situ Gintung saat ini. “Mudah-mudahan tidak jebol,  tapi jika dibiarkan  ya bisa jebol  dan banjir,” tandasnya. (swd)

 Tanggul Situ Bojongsari Retak

Pikiran Rakyat, 22 September  2011 
Sumber:http://bataviase.co.id/node/810761    

DEPOK, (PR).-

Tanggul dan dinding saluran keluar (outlet) Situ Bojongsari retak dan terancam jebol jika terus dibiarkan. Jika jebol, air di situ yang memiliki luas terbesar di Kota Depok tersebut dipastikan akan membanjiri perumahan warga.

Menurut anggota Pokja Situ Bojongsari, Paryono, sebelumnya air situ pernah meluap dan membanjiri perumahan warga di Kelurahan Kedawung Kecamatan Bojongsari Kota Depok pada tahun 2002. Sejak kejadian tersebut, pemerintah kemudian membangun tanggul pada tahun 2008.

Namun saat ini, tanggul tersebut mengalami keretakan.

Hal itu disebabkan karena posisi tanggul yang berada di antara akar pohon besar. “Karena pohonnva membesar, otomatis turapnya jadi pecah. Apalagi bahan bangunan pembuat tanggul sepertinya tidak begitu kuat,” kata Paryono saat ditemui di Situ Bojongsari, Kecamatan Bojongsari, Kota Depok, Rabu (21/9).

Selain karena akar pohon, menurut dia, keretakan tanggul tersebut disebabkan karena menahan air yang bertambah berat. Kondisi tersebut dipengaruhi oleh adanya pendangkalan pada saluran masuk (into) Situ Bojongsari.

Dia menambahkan, beban tanggul juga semakin beratkarena jalan di atasnya sering dilalui mobil dan truk peng-angkat barang. Jalan tersebut memang sering digunakan karena merupakan akses alternatif antara Kecamatan Bojongsari dan Kecamatan Sawangan, Kota Depok.

Apabila jebol, kata Paryono, akibatnya bisa fatal karena volume air Situ Bojong Sari yang tidak sedikit. Situ tersebut memiliki luas 24 hektare dengan kedalaman hingga 12 meter. “Jangan sampai terjadi seperti Situ Gintung karena kalau Situ Bojongsari jebol, banjirnya bisa sampai ke Ciputat, Tanggerang,” katanya.

Kepala Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air Kota Depok Yayan Arianto mengatakan, pihaknya sudah menyur-vei kerusakan tanggul tersebut. Dia mengakui ada keretakan pada tanggul Situ Bojongsari. Keretakan di outlet tersebut disebabkan karena pembiaran sedimentasi yang cukup lama.

Menurut dia, pihaknya sudah memberikan laporan ke Balai Besar Wilayah Ciliwung-Cisadane. Namun, sampai saat ini belum ada tindak lanjut dari laporan tersebut. (A-185)”*

Oktober 2011

Situ Bojongsari Menunggu Janji Pemkot

Sumber:http://depoklik.com/ 18 Oktober 2011

Situ Bojongsari, Depok, Jawa Barat semakin lama semakin memprihatinkan. Situ yang berfungsi untuk menampung air hujan ini mengalami pendangkalan dan sebagian dinding-dinding penahan situ retak.

“Kami menunggu janji pemerintah untuk menurap tepian situ,” ujar Paryono, anggota Pokja Situ Bojongsari.

Pada bulan Januari lalu pemkot telah mengukur area yang akan diturap, hingga kini hal itu belum terealisasi . Alhasil, semakin hari dinding situ semakin terkikis, karena hanya dIbentengi batang-batang bambu disekitar dinding situ.

Lurah Bojongsari , Achmad Subandi, mengaku pihaknya sudah melaporkan kejadian yang menimpa situ Bojongsari, namun belum ada tanggapan dari dinas terkait.

Penurapan disekitar dinding situ merupakan jalan satu-satunya yang harus dilakukan untuk mencegah pengikisan dinding Situ Bojongsari agar bisa mencegah terjadinya banjir yang sewaktu waktu bisa terjadi. “Kami hanya bisa menunggu dari Pemkot saja, “ tambah Achmad.

Dinding Situ Bojongsari Retak dan Rawan Jebol

Sumber:http://depoklik.com/ 21 oktober 2011

Warga Bojongsari, Depok mengkhawatirkan kondisi Situ Bojongsari, Kecamatan Bojongsari, yang saat ini mengalami pendangkalan karena kurang mendapat perawatan. Tak hanya itu, dinding-dinding penahan situ juga sudah retak.

Warga yang bermukim di area situ merasa bencana Situ Gintung, Tangerang, akan terulang. Sebab kondisi pemukiman berada lebih rendah dari situ.

Anggota Kelompok Kerja (Pokja) Situ Bojongsari mengatakan pada awal tahun 2011 petugas Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air (Bimasda) telah melakukan pengukuran area situ yang akan diturap.

“Namun, hingga kini belum ada perbaikan dinding situ serta normalisasi. Padalah, kondisi dinding situ saat ini semakin terkikis, karena hanya dibentengi batang bambu,” tuturnya kepada wartawan.

Sementara itu, Lurah Bojongsari Achmad Subandi mengaku, penurapan disekitar dinding situ merupakan jalan satu-satunya yang harus dilakukan untuk mencegah pengikisan. Sehingga dinding Situ Bojongsari kuat untuk mencegah terjadinya banjir yang sewaktu waktu bisa terjadi.

“Kami hanya bisa menunggu realisasi dari Pemkot Depok saja,” ujar Achmad.

Kepala Dinas Bimasda Kota Depok, Yayan Arianto mengakui, pihaknya telah menerima keluhan dari warga, anggota pokja situ dan Lurah Bojongsari soal kondisi terakhir Situ Bojongsari. Namun, terkait terbatasnya anggaran Pemkot Depok, maka perbaikan baru dapat dilakukan pada tahun anggaran 2012.

“Kami baru dapat memenuhi permintaan warga tahun depan, dengan mengandalkan bantuan anggaran pemerintah pusat dan APBD Kota Depok,” tegas Yayan.

Situ Bojongsari Diperbaiki 2012

Sumber: http://www.beritasatu.com/23 Oktober 2011 

Bila situ tidak segera ditangani, dikhawatirkan dapat terjadi longosoran. Seperti yang terjadi pada Situ Gintung.

Kepala Dinas Bimasda Kota Depok, Yayan Arianto mengatakan, pihaknya segera memperbaiki situ-situ yang rusak pada 2012. Di antaranya yaitu situ Bojongsari, yang memiliki luas sekitar 28 hektare dan dapat menampung air hujan sebanyak 840.000 meter kubik

“Situ harus benar-benar berfungsi untuk menampung air untuk itu perlu perbaikan,” katanya di Depok, hari ini.

Menurut dia, pihaknya kerap menerima keluhan dari warga sekitar, dab lurah setempat soal kondisi Situ Bojongsari. Namun, perbaikan baru dapat dilakukan tahun depan karena minimnya anggaran.

Dia menjelaskan, bila situ tidak segera ditangani, dikhawatirkan dapat terjadi longosoran. Seperti yang terjadi pada Situ Gintung.

Apalagi, lanjutnya, kondisi Situ Bojongsari kian memprihatinkan. Situ mengalami pendangkalan. Sebagian dinding penahannya pun banyak retak.

Yayan menambahkan, guna mengatasi banjir di Kota Depok yang berimbas ke wilayah Jakarta, Pemerintah Provinsi DKI telah memberi bantuan dana sebesar Rp5,5 miliar. Dana itu akan digunakan untuk kegiatan normalisasi tiga situ yang berbatasan langsung dengan wilayah Jakarta.

“Ketiga situ itu adalah Situ Pedongkelan, Gadok dan Situ Tipar,” ujarnya.

Banjir di lingkungan permukiman warga, disebabkan sebanyak 22 situ di Kota Depok mengalami pendangkalan. Bahkan, fungsi situ sudah sangat memprihatinkan, tidak lagi hanya menampung air hujan juga sampah warga sekitar.

Penulis: Ardi Mandiri
Sumber:Antara

September 2012

Lahan situ di Depok diperjualbelikan

Sumber: http://metro.sindonews.com/ 17 September 2012  

Sindonews.com – Kurangnya perhatian Pemerintah Kota Depok membuat sejumlah situ mengalami pendangkalan. Bahkan, ada pula yang luasnya berkurang karena diperjualbelikan. Seperti di Situ Bojongsari misalnya. Situ yang memiliki luas 28,25 hektar itu, kini hanya tersisa 27,24 hektar.

Hilangnya satu hektar area situ terjadi antara wilayah Sawangan dan Bojongsari. Data awal luas situ itu, berdasarkan catatan Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane (BBWSCC) pada 2004.

Hal ini dibenarkan Ketua Pokja Situ Bojongsari Pariyudi. Menurutnya, sebab diperjualbelikannya area situ, karena adanya pendangkalan. Untuk itu dia berharap, situ yang mengalami pendangkalan itu lebih diperharikan Pemkot Depok dan dilakukan pemetaan kembali areal situ.

“Kalau sampai jual beli lahan itu saya tidak mau menutupi. Tapi sekali lagi memang harus perlu ditelusuri dari pihak yang berwajib. Kita prihatin kalau terjadi seperti ini,” kata Pariyudi di Depok, Minggu (16/9/2012).

Hal senada diungkapkan anggota Pokja Bojongsari Paryono. Dia mengaku, pendangkalan terjadi di sebelah selatan Situ Bojongsari. Keadaannya cukup memprihatinkan, selain digarap juga ada informasi dijualbelikan.

“Ini yang kita minta, Pemkot Depok untuk membuktikan adanya praktik jual beli lahan di atas situ. Mereka beralasan sudah lama menggarap dan menjualnya pada orang lain. Apalagi, batas sepadan situ atau antara lahan milik warga dan situ tidak jelas,” beber Yono.

Dia menuturkan, praktik jual beli lahan pendangkalan situ oleh sejumlah oknum perlu penelusuran dan pembuktian dari pihak pemerintah. Pendangkalan situ sudah terjadi sejak 2004 hingga 2012.

Salah satu penyebabnya adalah karena aliran sungai yang langsung mengalir ke situ tanpa ada pembatas menyebabkan pengendapan dan pendangkalan. Akibat pendangkalan itu, sejumlah orang yang mengklaim memiliki lahan. (san)

Leave a comment